Talenta Digital Didorong Melek Teknologi, Kemenperin Gandeng Raksasa Global Garap Industri 4.0

$rows[judul] Keterangan Gambar : Kemenperin mengajak talenta muda, startup, dan para pengembang untuk menciptakan prototipe berbasis teknologi 5G dan kecerdasan buatan.

JAKARTA, konklusi.id – Transformasi industri 4.0 bukan sekadar soal mesin canggih atau jaringan super cepat. Di balik teknologi yang terus berkembang, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menaruh perhatian besar pada faktor paling krusial: manusia. Pemerintah menilai, tanpa talenta digital yang siap pakai, industri hanya akan menjadi penonton dalam percepatan teknologi global.

Karena itu, Kemenperin memilih bergerak lebih agresif. Lewat kolaborasi dengan sejumlah perusahaan teknologi dunia, lembaga tersebut mengakselerasi penciptaan sumber daya manusia yang bukan hanya memahami teknologi, tetapi mampu menciptakan solusi berbasis inovasi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, keberhasilan transformasi industri 4.0 hanya bisa dicapai dengan sinergi komprehensif lintas sektor. “Teknologi saja tidak cukup. SDM yang kompeten dan proses bisnis yang matang adalah fondasi percepatan industri 4.0,” kata Agus dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (15/11).

Sejak meluncurkan Making Indonesia 4.0 pada 2018, Kemenperin terus menata ekosistem pendukung digitalisasi. Salah satunya melalui Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), sebuah parameter untuk mengukur kesiapan digital industri. Di saat bersamaan, Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI 4.0) di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) digagas sebagai gerbang satu pintu bagi industri yang ingin bertransformasi.

Namun dukungan itu tak berhenti pada pelatihan bersertifikasi atau simulasi industri digital. PIDI 4.0 semakin melangkah dengan menggandeng perusahaan global seperti Ericsson, Qualcomm, serta Kementerian Komunikasi dan Digital melalui penyelenggaraan Hackathon 2025 bertema “Indonesia’s NextGen Digital Sprint with 5G and AI”. Kompetisi tersebut mengajak talenta muda, startup, dan para pengembang untuk menciptakan prototipe berbasis teknologi 5G dan kecerdasan buatan.

Kepala BPSDMI Doddy Rahadi menyebut hackathon ini sebagai wadah pembuktian bahwa SDM Indonesia mampu menjadi produsen teknologi, bukan hanya pengguna. “Ini bagian dari jalan menuju visi Indonesia masuk 10 besar ekonomi dunia pada 2030. Transformasi teknologi dan inovasi menjadi kunci,” ujar Doddy.

Hal senada disampaikan Kepala Pusdiklat SDM Industri Sidik Herman. Menurutnya, industri kini menghadapi pain points nyata yang membutuhkan solusi cerdas. Karena itu, fokus kompetisi diarahkan pada AI generatif, robotics, IoT, hingga edge computing. “Hackathon adalah laboratorium inovasi. Di sini talenta muda dihadapkan langsung pada tantangan industri, bukan sekadar membuat produk imajinatif,” ujarnya.

Tahun ini, tantangan berasal dari sektor otomotif, alat kesehatan, serta makanan dan minuman. Hasilnya diharapkan bisa langsung diadopsi sebagai peningkatan proses produksi atau efisiensi manufaktur.

Direktur Ericsson Indonesia Ronni Nurmal menambahkan, adopsi 5G dan AI menjadi pintu masuk bagi lompatan besar di sektor manufaktur. “Inovasi-inovasi baru akan sangat menentukan daya saing industri di masa depan,” ucapnya.

Kemenperin optimistis, sinergi antara pemerintah, industri, dan talenta digital yang terlibat dalam Hackathon 2025 akan menjadi titik tumpu penguatan ekosistem inovasi nasional. Solusi yang lahir diharapkan mampu mendorong industri Indonesia bergerak lebih lincah, adaptif, dan kompetitif di panggung global. (uyu)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)