Jakarta,
Konklusi.id-Indonesia-Australia telah memiliki dua fondasi kuat dalam hubungan
bilateral, yaitu kemitraan strategis komprehensif yang dimiliki sejak 2018 dan
Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang
sudah mulai berlaku di tahun 2020. Hal tersebut diungkapkan Presiden RI Joko
Widodo (Jokowi) dalam pernyataan pers bersama Perdana Menteri (PM) Australia
Anthony Albanese, usai pertemuan bilateral di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa
Barat, Senin (6/6).
“Dua fondasi ini sangat penting bagi kedua negara untuk terus memperkokoh kerja sama bilateral yang saling menguntungkan,” ujar Presiden. Lebih lanjut Presiden mengungkapkan, dalam pertemuan bilateral kedua pemimpin membahas dua isu besar yaitu upaya memperkuat kerja sama bilateral dan saling tukar pendapat mengenai berbagai isu di kawasan dan dunia. Terkait isu bilateral, Presiden Jokowi dan PM Albanese fokus berbicara tentang kerja sama di bidang ekonomi. Presiden Jokowi menekankan pentingnya perluasan akses ekspor produk Indonesia dengan nilai tambah tinggi ke Australia, misalnya otomotif. “Ekspor perdana mobil CBU (completely built up) buatan Indonesia ke Australia telah dimulai di bulan Februari yang lalu dan saya mengharapkan akses ekspor seperti ini akan terus terbuka,” ujarnya.
Kedua,
Kepala Negara berharap implementasi IA-CEPA, terutama terkait peningkatan
kesempatan warga negara Indonesia (WNI) untuk bekerja di Australia, termasuk
penambahan kuota working Holiday visa menjadi
lima ribu peserta per tahun. Ketiga, Presiden menyambut baik kerja sama di
bidang pendidikan dan kesehatan antara kedua negara. “Pembukaan kampus Monash
University di BSD diharapkan meningkatkan investasi Australia bagi pengembangan
SDM (sumber daya manusia) berketerampilan tinggi di Indonesia. Saya juga
mengapresiasi investasi Aspen Medical untuk membangun 23 rumah sakit dan 650
klinik di Provinsi Jawa Barat, senilai USD 1 miliar selama 20 tahun,” ujarnya.
Keempat,
Presiden memandang bahwa kerja sama untuk memperkuat ketahanan pangan penting
untuk dilakukan. Dalam pertemuan bilateral, pemimpin kedua negara
membahas upaya menjaga keberlanjutan rantai pasok pangan, termasuk gandum di
tengah situasi dunia yang sangat sulit. “Kerja sama peningkatan kapasitas di bidang food
processing, food innovation, dan rantai
pasok, penting untuk diperkuat. Saya juga menekankan pentingnya MoU (Memorandum
of Understanding) pertanian antara kedua negara segera
diimplementasikan,” ujarnya.
Kelima,
kedua pemimpin menekankan pentingnya penguatan kerja sama energi dan perubahan
iklim. Presiden Jokowi menyambut baik berbagai langkah kerja sama antara
Indonesia-Australia terkait hal tersebut. “Saya menyambut baik inisiatif PM
Albanese terkait kemitraan infrastruktur dan ketahanan iklim Republik
Indonesia-Australia dengan dana hibah awal sebesar AUD 200 juta. Saya juga
menyambut baik komitmen investasi Fortescue Metals Group di bidang hydropower dan geothermal senilai
USD 10 miliar, dan Sun Cable di bidang energi senilai USD 1,5 miliar,” ujarnya.
Terkait isu kawasan dan dunia, Presiden Jokowi dan PM Anthony Albanese antara lain bertukar pandangan mengenai perang di Ukraina, kerja sama Indo-Pasifik, dan penguatan kemitraan pembangunan di Pasifik. Secara umum, Presiden menyampaikan kembali posisi konsisten Indonesia bahwa hubungan baik kedua negara dapat memberikan kontribusi bagi perdamaian dan kemakmuran kawasan. “Prinsip-prinsip dan hukum internasional harus dipatuhi secara konsisten, strategic competition di kawasan perlu dikelola dengan baik untuk menghindari terjadinya konflik terbuka, budaya damai dan strategic trust perlu terus diperkuat. Kita juga sepakat untuk memperkuat kemitraan di Pasifik, terutama di bidang iklim, perikanan, dan pertanian,” pungkasnya. (ara)
Tulis Komentar