Saatnya 33,8 Juta Ton Sampah Diubah Jadi Energi Hijau

$rows[judul] Keterangan Gambar : Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot memberikan paparan dalam gelaran Green Energy Summit 2025 di Jakarta, Selasa (23/9).

JAKARTA, konklusi.id – Di balik bau menyengat dan tumpukan sampah di perkotaan, tersembunyi potensi energi yang nyaris tak tergarap. Indonesia kini berhadapan pada dua sisi mata uang: krisis pengelolaan limbah dan peluang menciptakan sumber listrik ramah lingkungan.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot menyebutkan, sepanjang 2024 Indonesia menghasilkan sekitar 33,8 juta ton sampah, dengan 40 persen di antaranya belum tertangani. “Sampah menjadi sumber permasalahan di setiap perkotaan. Namun jika dikelola dengan baik, ini bisa menjadi sumber energi baru,” ujarnya pada gelaran Green Energy Summit 2025 di Jakarta, Selasa (23/9).

Data Kementerian ESDM menunjukkan sekitar 20,2 juta ton (59,9 persen) sampah telah dikelola, sementara 13,6 juta ton sisanya masih tercecer dan berisiko mencemari lingkungan. Padahal, jika teknologi Waste-to-Energy (WtE) diterapkan luas, tumpukan itu bisa berubah menjadi pasokan listrik bersih.

Pemerintah kini tengah menyiapkan regulasi untuk mempercepat konversi sampah menjadi energi. “Kita sedang menata regulasi mulai dari tingkat undang-undang hingga peraturan menteri. Ujungnya, agar pengembangan energi baru terbarukan bisa diimplementasikan nyata,” jelas Yuliot.

Teknologi WtE atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dianggap sebagai salah satu terobosan strategis untuk memperkuat pasokan energi hijau. Selain mengurangi beban tempat pembuangan akhir, teknologi ini juga menghasilkan listrik yang bisa masuk ke jaringan nasional.

Dalam kerangka besar Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, pengelolaan sampah diarahkan bukan hanya untuk kebersihan kota, tetapi juga membangun ekonomi sirkular. Artinya, sampah tidak lagi dianggap limbah, melainkan komoditas energi yang bernilai.

Jika dijalankan dengan serius, sektor ini bisa membuka lapangan kerja baru, menarik investasi hijau, dan memperkuat transisi menuju ekonomi rendah karbon. “Kita sedang bergerak menuju era energi yang lebih bersih. Dan sampah bisa menjadi bagian dari solusi itu,” tegas Yuliot.

Kini, tinggal bagaimana kolaborasi antara pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat dijalankan. Sebab, di balik tumpukan 33,8 juta ton sampah itu, tersimpan peluang besar untuk menyalakan masa depan energi Indonesia. (uyu)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)