SAMARINDA, Konklusi.id – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank melaksanakan pendampingan Desa Devisa Halaban Wood Charcoal Kaltim. Kegiatan dilakukan di BPU Desa Beringin Agung, Kecamatan Samboja, Selasa (7/11). Acara dihadiri Nurtjahjo Budidananto dari KPPBC TMP B samarinda, Muhammad Yasin Analisis Kebijakan Ahli Madya Kemendes PDTT, Maryani Saswidyanti Fungsional Narasumber Lembaga LPEI, Sekcam Samboja Amir Lukmi, Kusnadi Kades Beringin Agung, para pelaku usaha dan masyarakat sekitar.
Dijelaskan Maryani Saswidyanti, LPEI
melakukan pendampingan desa bagi para UMKM kemudian juga diberikan pelatihan
kepada Bumdes akan menciptakan suatu produk unggulan ekspor bisa dijual keluar
negeri dengan harga lebih tinggi. Tentu kualitas yang dihasilkan harus sesuai
dengan kebutuhan. Sebagai mitra pendamping LPEI akan melakukan pembinaan dan
pelatihan sehingga produk bisa dijual keluar negeri. LPEI/ Indonesia Eximbank
ikut berperan dalam menjadikan eksportir Indonesia sebagai pelaku usaha yang
disegani ditataran global, karena mampu menghasilkan produk dan jasa ekspor
yang berkelas dunia.
“Layanan yang diberikan LPEI adalah
memberikan layanan konsultasi bagi para UMKM yang belum pernah mengekspor
barangnya keluar negeri. Pihak LPEI akan mendidik dan melatih para UMKM,
Koperasi dan Bumdes yang belum mengetahui tentang ekspor,” ungkapnya. Selain
CPNE, LPEI memiliki program unggulan lainnya yaitu Marketing Handholding
Program (business matching) yang merupakan program percepatan ekspor dalam rangka
membuka akses pasar ekspor bagi produk UKM mitra binaan LPEI dalam bentuk
digitalisasi via global marketplace, business matching melalui diaspora dan
pameran berskala internasional.
Sedangkan Desa Devisa merupakan program
pemberdayaan komunitas (cluster) petani/pengrajin/koperasi maupun UKM yang
memiliki produk unggulan ekspor. Sampai dengan posisi Juni 2022, LPEI memiliki
134 Desa Devisa dengan 9 komoditas unggulan (kakao, kopi, beras, garam, rumput
laut, kerajinan, tenun, gula semut dan lada hitam) dan telah memberikan
pendampingan kepada 12.821 petani/pengrajin.
“Untuk menjadi Desa Devisa kita harus menggali potensi desanya apakah produknya itu memang produk unggulan ekspor dan sarananya cukup memadai untuk dijadikan produk ekspor,” ujarnya. Di Kaltim sendiri sudah ada 38 desa yang nantinya bisa menjadi Desa Devisa. “Diharapkan dengan adanya pendampingan Desa Devisa ini akan ada membawa manfaat dalam peningkatan kesejahteraan desa – desa di sekitar IKN yang bisa menghasilkan produk ekspor yang berkelanjutan”, tutupnya. (adv/ara)
Tulis Komentar