JAKARTA, konklusi.id - Kementerian Perindustrian terus
mendorong pengembangan industri alas kaki, terutama di level industri kecil dan
menengah (IKM). Potensi pertumbuhan industri alas kaki sangat dipengaruhi oleh
sumbangsih generasi muda pelaku IKM yang berhasil mengangkat tren mode dan gaya
terbaru alas kaki, dengan memanfaatkan atau mengadopsi teknologi terkini.
Untuk itu, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal
Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) bersama Balai Pemberdayaan
Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Sidoarjo proaktif menggaungkan
kampanye #Indonesiamelangkah untuk mendorong kreativitas
generasi muda pelaku industri alas kaki, agar dapat berkarya
mengangkat potensi lokal dan memperkuat kolaborasi.
“Kami memahami bahwa industri alas kaki memiliki hubungan
yang erat dengan kalangan anak muda sebagai salah satu segmen pasar
utama di industri ini. Kami berharap
kegiatan Indonesia Footwear Creative Competition, yang merupakan kompetisi
berskala nasional yang digelar oleh BPIPI, mampu mendongkrak
perkembangan industri alas kaki di Indonesia,” kata Direktur
Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita, Minggu (20/8).
Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC)
merupakan kompetisi fotografi, videografi dan desain, yang karyanya dapat
dimanfaatkan oleh industri alas kaki. Kompetisi IFCC tahun
ini kembali menjadi rebutan para pelaku industri kreatif di bidang
alas kaki. Sebanyak 482 total karya yang masuk
melalui websiteifcc.bpipi.id, dan dari ratusan karya tersebut,
terpilih 28 nominasi hingga menjadi tiga besar finalis dari masing-masing
kategori yaitu desain, fotografi, dan videografi.
Kepala BPIPI Syukur Idayati mengungkapkan para pemenang
desain kompetisi alas kaki di antaranya adalah Carolline Devina dengan desain
bertajuk La Farfalla, Whenny Halim dengan desain berjudul Underwater
Magical, dan Diva Aprilliani dengan desain bertajuk Blue Heizle. Sementara
pemenang kompetisi videografi, yaitu Rizki Putra dengan judul video The
Spirit of Raja Ali Haji, Fazlur Rahman dengan judul video Everything
Begin Here, dan Belgi Apriliandy dengan judul video Start to The Next
Level.
Ida menambahkan, hasil karya juara
terpilih akan dikolaborasikan dengan industri alas kaki, seperti
fasilitasi pembuatan visual foto & video dari karya
desain outsole terpilih untuk mempromosikan produk alas kaki lokal. “Hasil
yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terbentuknya pintu kolaborasi,
pertukaran ide, dan memberikan pemahaman pergeseran dan peluang industri alas
kaki saat ini,” ungkapnya.
Rangkaian IFCC tahun 2023 ditutup dengan Next Level
Makers Talk dan Grand Final IFCC yang bekerja sama dengan Petra
Christian University, serta beragam pelaku industri alas kaki. Dalam talkshow
ini, para pembicara seperti Dato Lewre, Founder Lewre Bespoke dari
Malaysia, dan Alfonsus Ivan, Founder Sepatu Kanky Indonesia
membagikan pandangan dan pengalamannya mengenai perkembangan industri alas
kaki, inovasi terbaru, tren, desain, serta strategi memperluas jejaring
dan peluang bisnis di industri alas kaki.
POTENSI BESAR INDUSTRI ALAS KAKI
Perkembangan pelaku industri alas kaki di Indonesia,
khususnya yang berskala IKM berpotensi meningkat dari tahun ke tahun, sebab
selama ini Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen alas kaki
terbesar dunia.
Berdasarkan data World Footwear Yearbook 2023,
Indonesia merupakan eksportir alas kaki terbesar ketiga di dunia setelah China
dan Vietnam sepanjang tahun 2022. Kuantitas ekspor produk alas kaki
Indonesia mencapai angka 535 juta pasang, atau 3,5% dari total produk alas kaki
yang diekspor ke seluruh dunia.
Sementara itu, prospek perkembangan industri alas kaki di
pasar lokal juga terbilang cerah. Dari laporan World Footwear
Yearbook 2023, Indonesia tercatat sebagai konsumen produk alas kaki
terbesar kelima di dunia dengan total konsumsi sebesar 702 juta pasang sepatu
atau 3,2% dari total konsumsi produk alas kaki dunia. “Kondisi ini harus
dimaksimalkan dengan baik oleh industri alas kaki dalam negeri,” ucap Direktur
Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Ni Nyoman Ambareny.
Upaya peningkatan pemanfaatan potensi pasar dalam negeri,
lanjut Ambareny, harus dilakukan secara serius, mengingat laporan Pusdatin
Kementerian Perindustrian menunjukkan nilai investasi PMDN industri
kulit, barang dari kulit, dan alas kaki pada triwulan I 2023
mencapai Rp 344,467 juta dan investasi PMA mencapai USD 190
juta. “Hal ini meningkatkan optimisme kita terhadap pertumbuhan
industri alas kaki dalam negeri,” lanjut Ambareny.
Tak hanya itu, industri alas kaki juga tercatat memberikan
kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Data Kemenperin
menunjukkan kontribusi sektor industri kulit, barang dari kulit, dan alas
kaki, yang melingkupi industri alas kaki terhadap PDB tahun 2022 mencapai angka
Rp30,80 triliun atau tumbuh sebesar 9,36% dari tahun 2021. Sedangkan
pada triwulan I 2023, kontribusi PDB sektor tersebut telah mencapai Rp7,57
triliun atau telah menyumbang 1,42% terhadap PDB nonmigas.
Kinerja ekspor sektor tersebut semester I tahun 2023
sebesar US$ 3,21 miliar. Adapun nilai ekspor komoditi sepatu olahraga
menempati delapan besar komoditi dari nilai ekspor industri pengolahan
nonmigas. Namun di sisi lain, industri alas kaki saat ini menghadapi
berbagai tantangan seperti menurunnya permintaan dari pasar ekspor Indonesia
(Amerika Serikat dan Eropa) dan persaingan dengan produk harga rendah.
“Oleh sebab itu, Ditjen IKMA melalui BPIPI konsisten mendorong pengembangan pelaku IKM alas kaki ini melalui program peningkatan kapasitas SDM, bimbingan teknis produksi, sertifikasi, fasilitasi dan restrukturisasi mesin, inkubator bisnis, serta fasilitasi partisipasi pameran di dalam maupun luar negeri,” tutur Ambareny. (uyu)
Tulis Komentar