SAMARINDA, Konklusi.id-Keberhasilan Kaltim memperoleh kompensasi emisi karbon senilai USD 110 juta dari Bank Dunia merupakan perjuangan panjang pemerintah. Gubernur Kaltim Isran Noor menuturkan, capaian saat ini merupakan buah dari perjuangan gubernur Kaltim sebelumnya, Awang Faroek Ishak. "Itulah karya Awang Faroek Ishak, gubernur Kalimantan Timur, saya hanya melanjutkan," ungkap Isran Noor saat Mubes IV DPP Ikatan Alumni Keluarga Pelajar Mahasiswa Kalimantan Timur (IA KPMKT) Tahun 2023 di Pendopo Kolam Ulin, Jalan PM Noor Samarinda, pekan lalu (27/5).
Isran menuturkan, sejak kepemimpinan Awang Faroek Ishak (periode 2008-2018), banyak kebijakan pemerintah daerah yang diterbitkan. Seperti peraturan daerah (perda) dan peraturan kepala daerah (peraturan gubernur) untuk melindungi dan mengembangkan kawasan hutan agar lebih memberi manfaat. Selain itu, inovasi terkait lingkungan hidup dan pelestarian hutan juga dikembangkan. Seperti Program Kaltim Green (Kaltim Hijau) dan Pembangunan Perkebunan Berkelanjutan, serta pengembangan pertanian dalam arti luas (subsektor kehutanan). "Itulah orangnya, AFI bukan API ya, tapi AFI, Awang Faroek Ishak," sebut Isran, seraya mengarahkan telunjuk tangannya kepada Ketua Dewan Penasihat IA KPMKT Awang Faroek Ishak.
Menurut politikus NasDem itu,, saat Indonesia memperoleh kompensasi triliunan rupiah atas penurunan emisi karbon dari lingkungan dan hutan Kalimantan Timur, maka prestasi itu tidak terlepas dari upaya dan kebijakan Awang Faroek Ishak saat itu dan terus dikembangkan hingga saat ini. "Jadi nanti Pak Awang, kalau saya dapat honor gubernur, ini janji saya, tidak saya pakai, tapi saya serahkan ke Pak Awang honornya," ucap Isran. "Dari dana USD 110 juta itu, atau Rp 1,6 triliun itu, sekitar 13 persen dipotong pusat (Kementerian Keuangan dan Kementerian LHK), berarti kita masih memiliki 87 persen atau sekitar Rp 1,3 triliun masuk kas daerah," sebutnya.
Bagi Isran, Kalimantan Timur sejak dulu sudah dikenal dan identik
sebagai daerah penghasil sumber daya alam dan penyumbang terbesar devisa
negara, seperti hasil pertambangan mulai minyak dan gas bumi, batu bara,
terlebih kayu atau hutan. "Kalau kita sampai saat ini masih bisa
mempertahankan hutan, tentu kita juga mampu mewariskannya untuk anak cucu kita
dengan segala keunggulan dan potensinya, termasuk manfaat bagi dunia untuk
menurunkan gas emisi karbon demi kehidupan manusia," ungkapnya sebagaimana
dikutip dari laman resmi Pemprov Kaltim. (ara)
Tulis Komentar