Samarinda, konklusi.id – Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UKM Kaltim terus meningkatnya nilai ekspor nonmigas dan batu bara dengan meningkatkan daya saing komoditas di pasar internasional.
Kepala Disperindagkop dan UKM Kaltim M Sa’duddin menjelaskan untuk menuju pencapaian itu, maka arah kebijakan Kaltim dititikberatkan pada penguatan dan pengembangan pasar produk unggulan daerah, pengembangan UKM berorientasi ekspor dan peningkatan efisiensi pelayanan, pengamanan dan perlindungan ekspor.
“Program prioritas kita adalah pengembangan ekspor. Kita bantu juga dengan promosi ke pasar-pasar internasional dengan mempertemukan UKM unggulan kita dengan para calon pembeli di luar negeri,” kata Sa’duddin, Jumat (16/9).
Saat ini lanjut Sa’duddin sudah ada 42 UKM di Kaltim yang sukses melakukan ekspor sejak 2020. Rinciannya, 6 UKM hasil perikanan, 3 UKM hasil perkebunan, 7 UKM hasil pertanian, 11 UKM kayu/moulding/decking, 9 UKM kerajinan, 1 UKM limbah minyak jelantah, 4 UKM food and beverages dan 1 UKM home decor.
“UKM-UKM ekspor itu tersebar di 6 kabupaten dan kota,” ungkap Sa’duddin. Sebanyak 21 UKM ada di Samarinda, 5 UKM ada di Berau, 2 UKM di Kutai Timur, 2 UKM di Bontang, 6 UKM di Kutai Kartanegara dan 6 UKM di Balikpapan.
Ekspor UKM berupa kayu dengan tujuan ekspor Jepang, Korea, China, Taiwan, Jerman, Italia, Singapura, Belanda, Amerika, dan Arab Saudi. Ekspor lidi nipah sawit tujuan India. Ekspor udang dengan tujuan Jepang, Inggris, dan Taiwan.
Kemudian rumput laut dikirim ke Korea dan China. Kayu dan merica dari Berau diekspor ke Singapura, Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Islandia. Faty palm acid dikirim ke China. Minyak jelantah diekspor ke Belanda dan Malaysia, ikan segar dan palm kernel ke China.
Selanjutnya kopra, lada dan lidi sawit dikirim ke Finlandia, Pakistan dan India. Rumput rayung dan ikan asin ke Pakistan dan Australia. Pisang, amplang dan jahe gajah dari Kutai Timur diekspor ke Malaysia, Taiwan, Kanada, Pakistan dan Oman.
Kemudian dari Balikpapan damar batu, cubeb dan long pepper dikirim ke Bangladesh. Roasted coffe ke Singapura, tikar dan patung dari Samarinda diekspor ke Jerman, Malaysia dan Australia.
Buah naga Balikpapan dikirim ke Amerika Serikat dan bungkil sawit Samarinda dikirim ke China. Asesoris manik dari Balikpapan juga laku dijual ke Amerika Serikat dan Malaysia. Begitu juga kerajinan kayu dari Samarinda sukses dikirim ke Malaysia. Sedangkan kerajinan rotan dari Kutai Kartanegara diekspor ke Brunei Darussalam.
Masker kain asal Samarinda pada tahun 2021 juga berhasil dijual ke Jepang dan Amerika Serikat. Dari Samarinda juga kerajinan rotan, manik batu dan mandau sukses diantarkan ke Malaysia, Singapura dan Belanda.
Tahun ini teh gaharu asal Bontang juga laku terjual ke Korea Selatan. Kerupuk udang, kerupuk pisang, keripik singkong produk dan abon dari UKM Samarinda pun sukses dikirim ke Algeria dan Afrika.
Produk ekspor UKM lainnya adalah kakao dari Berau yang sukses dikirim ke Belanda, Jepang dan Amerika Serikat. Kemudian bungkil sawit dan home decor dari Kutai Kartanegara laku terjual ke China, Australia dan Maldives.
“Sedangkan madu dari Berau tahun ini sudah diekspor ke Hongkong, Malaysia dan Amerika Serikat,” ungkap Sa’duddin. (uyu)
Tulis Komentar