Jakarta, konklusi.id – Pemerintah India meminta tambahan pasokan batu bara dari Indonesia. Hal tersebut terjadi seiring menipisnya pasokan emas hitam untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di sejumlah daerah di negara tersebut. Namun sepertinya Indonesia sulit memenuhinya. Selain proses persetujuan perubahan permohonan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang memerlukan waktu, faktor cuaca juga menjadi kendala.
"Lewat trader yang ada mereka meminta untuk ada tambahan pengiriman. Tapi Indonesia dalam meningkatkan produksi ini tak semudah yang dibayangkan karena harus mengubah RKAB dan harus disetujui pemerintah," kata Plh Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), Djoko Widajatno seperti dikutip dari CNBC Indonesia, kemarin (13/5).
Di samping itu, pemerintah juga harus menjaga keseimbangan antara cadangan batu bara dengan kebutuhan yang ada saat ini. Apalagi ditambah kondisi cuaca yang saat ini terjadi cukup menyulitkan bagi pengusaha tambang untuk menggenjot produksi.
"Dari Indonesia juga mengalami penurunan sehubungan dengan La Nina atau perubahan cuaca yang sangat ekstrim. Tapi sementara Indonesia masih tetap bisa memenuhi permintaan batu bara India sesuai dengan permintaan yang sudah ditandatangani," ujarnya.
Untuk diketahui, dari target produksi batu bara tahun ini yang sudah dipatok sebesar 625 juta ton. Setidaknya 12-15 persen dialokasikan untuk India, sementara 50 persen untuk ekspor ke Tiongkok.
"Ini cukup besar dan India ingin menaikkan kuota dari Indonesia tetapi kita masih alami kendala dengan adanya penyesuaian cuaca yang ada izin RKAB yang ini butuh waktu dan rumit," katanya.
Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava menyatakan bahwa permintaan dari India meningkat, hanya saja harga batu bara yang tinggi saat ini telah menghalangi India untuk melakukan impor batu bara yang lebih banyak.
"Tetapi sekarang harus dilanjutkan dan permintaan diperkirakan akan meningkat," terang Dileep. Sayangnya karena sedang musim fenomena La Nina dan hujan lebat sejak kuartal IV-2021 di Indonesia, produksi batu bara mengalami penurunan, Sehingga, produsen batu bara asal Indonesia menetapkan untuk memprioritaskan pemenuhan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri khususnya PT PLN (Persero).
"Semoga hujan dapat mereda mulai akhir 22 Mei, sampai saat itu pasokan sangat terbatas dan sulit untuk memenuhi permintaan baru yang timbul dari perang Ukraina. Namun, kami melihat tekanan naik pada harga batu bara yang kemungkinan akan tetap tinggi tahun ini dan mungkin seterusnya," terangnya.
Menurut Dileep, permintaan listrik di seluruh India telah meningkat selama kondisi gelombang panas saat ini. Sayangnya, stok batu bara di pembangkit listrik, khususnya di daerah pesisir dilaporkan telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Ditambah lagi kendala transportasi kereta api semakin memperburuk situasi yang memaksa pihak berwenang untuk memotong kereta penumpang dan memindahkan lebih banyak penggaruk batu bara.
Pemerintah India dilaporkan telah memperhatikan situasi ini dan telah mengamanatkan bahwa 10 persen konsumsi batu bara oleh pembangkit listrik pesisir harus diimpor untuk 3 tahun ke depan. Ada juga laporan bahwa sektor industri menderita karena prioritasnya adalah menghasilkan tenaga. (uyu)
Tulis Komentar