TENGGARONG, konklusi.id – Suasana
hening di Komplek Makam Raja Kutai Kartanegara di kawasan Kedaton Kesultanan
Kutai Kartanegara Ing Martadipura pecah oleh langkah-langkah rombongan yang
datang dengan niat ziarah. Di bawah pimpinan Dr Didi Tasidi, Calon Jaksa Agung
2024, Tim Ditas dan sejumlah wartawan melanjutkan hari dengan mengunjungi makam
para raja yang menjadi saksi bisu sejarah panjang Nusantara.
Dr Didi Tasidi
tampak khusyuk berdoa di hadapan makam para leluhur Kutai. Baginya, ziarah ini
bukan sekadar ritual, tetapi bentuk penghormatan kepada para pendahulu dan
pencarian restu spiritual untuk perjalanan kariernya. "Kesultanan Kutai
Kartanegara Ing Martapura adalah kerajaan tertua di Nusantara, dan hari ini
kami bersilaturahmi dengan leluhur untuk meminta karomah dan doa,"
ungkapnya penuh hormat. Dia juga berharap bisa bertemu Sultan Aji Muhammad
Arifin, yang diharapkan akan memberikan dukungan resmi atas pencalonannya.
Setelah ziarah,
acara berlanjut dengan dialog di sebuah kafe di Tenggarong, tempat yang
menyuguhkan suasana santai namun sarat makna. Di sini, Dr Didi Tasidi berbicara
mengenai berbagai dukungan yang ia terima dari berbagai tokoh penting. Habib
Luthfi bin Yahya, misalnya, menjadi salah satu pendukung kuat yang mengharapkan
keyakinan penuh dari Didi untuk maju sebagai Jaksa Agung. Nasihat Habib Luthfi
menjadi pengingat bahwa dalam perjuangan besar, keyakinan total adalah kunci.
“Saya juga
datang meminta restu ke tokoh agama di Pamekasan. Jalur langit insyaAllah sudah
ada," kata Didi.
Sementara,
mengenai permasalahan hukum di Indonesia, menurut Didi, seringkali terjebak
dalam sistem penilaian kinerja yang keliru. Aparat hukum, katanya, seringkali
terpaksa memperbanyak kasus dan tangkapan demi mengejar jabatan. Ia menegaskan
bahwa di bawah kepemimpinannya nanti, kinerja aparat tidak akan diukur dari
banyaknya tangkapan, tetapi dari keberhasilan menjaga ketertiban dan minimnya
kasus baru.
Dr Didi Tasidi
juga mengungkapkan motivasinya yang tulus untuk menjadi Jaksa Agung.
Menurutnya, keinginan ini bukan didorong oleh ambisi finansial, tetapi oleh
tekad untuk memperbaiki sistem hukum dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Baginya, keberhasilan dalam kehidupan diukur dari seberapa besar manfaat yang
bisa diberikan kepada orang lain, bukan dari kekayaan materi.
“Kalau sampai
saat ini, rezeki saya dan keluarga sudah cukup. Artinya, bisa tidur di rumah
sudah cukup dengan rezeki saat ini,” tegasnya.
Intervensi
politik menjadi isu penting yang juga dibahas Didi dalam dialog ini.
Menurutnya, sejak awal pencalonannya, ia sudah mendapat berbagai tawaran untuk
posisi menteri atau wakil menteri, namun ia menolak demi fokus pada reformasi
sistem hukum sebagai Jaksa Agung. Dalam waktu dekat, ia berencana bertemu
Prabowo Subianto, presiden terpilih, untuk menegaskan posisinya yang independen
dari intervensi politik.
Didi menegaskan
bahwa meskipun ia tergabung dalam tim relawan pemenangan Prabowo
Subianto-Gibran Rakabuming Raka, ia tidak terikat kontrak politik. Dukungan
yang ia terima dari seluruh Indonesia, katanya, murni dan tanpa beban dari
pihak manapun, termasuk dari pihak-pihak dengan kepentingan bermasalah.
“Saya tak punya
beban dengan siapa pun, apalagi mendapat dukungan dari uang bermasalah. Maka,
kami tak ada kepentingan," tambahnya.
Dengan penuh
optimisme, Dr. Didi Tasidi menutup acara dengan keyakinan bahwa ia dan timnya
bergerak dengan niat tulus dan tanpa kepentingan pribadi. Acara ini bukan hanya
sekadar dialog, tetapi juga manifestasi dari komitmen dan tekad untuk membawa
perubahan dalam sistem hukum di Indonesia.
“Orang yang
paling mulia adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain. Dan itulah
yang menjadi tujuan saya menjadi Jaksa Agung," pungkasnya. (uyu)
Tulis Komentar